![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0GzMeYk7Db-azzKYSyjZ6HoivDgEJ1osCL5PhLbbyXXonp-0lwM_3dtzWWb7jTKXf-Xj2TkX5nXxxLpOmKYMCh-UI1NSWshdBmRJtFohJKIPb9nxsQojf-Ukr1KXDrTOChHYjTEOtVJ6x/s320/Gunilla+G_Read+a+Book_YkdkRmQ.jpg)
Maka dari itu, aku lebih memilih kembali mencerahkan hatiku dan berusaha melepaskanmu, mengakhiri hubungan yang awalnya diterbangkan oleh kenyamanan syaitan. Mulutku yang berkata demikian namun hatiku membentak membuatku berlutut tiba-tiba di hadapanmu. Nafas terasa sesak, keringan dingin bercucuran, terengah-engah untuk berucap. Aku sadar akan semua itu, karena ini keinginanku untuk berusaha jadi lebih baik. Sambil kuusap air matamu, "jangan menangis lagi" ucapku sambil menahan air mataku.
Sebuah buku diary berwarna jingga Ia berikan sambil berpesan. "Jaga kesehatan, jangan suka tidur, belajar yang baik disana, tetap dengan dirinya yang sederhana, tawadhu dan tulis dibuku ini cerita hidupta kalau sudah penuh dengan tulisan kasih ke saya lagi biar saya bisa baca" sambil meneteskan air mata bahkan berucappun terengah-engah.
Sambil menahan air mata agar tak jatuh, buku yang Ia berikan kugenggam dan berusaha untuk mengembalikannya setelah penuh dengan tulisan. Walau begitu, perasaan yang kumiliki telah kukhianati sendiri pikiranku tak dapat berpikir jernih saat itu. Pikiranku kupaksa keras untuk posthink agar tak jadi beban pikiran. Tak tahu berkata apa didepannya kucoba melangkah menjauh darinya mengeluarkan sepeda motor dari parkiran berusaha tegar walau dalam helm air mata mengalir keras. Dalam hatiku sambil merasakan sakit berkata, merintih kesakitan
Sekian dan Terima kasih.
0 Komentar untuk "Masih Ada Setitik Cahaya"
Berikan Pendapat Anda Pada Tulisan Ini, Agar Tulisan Saya Tahu Kekurangannya. Sekian.