Kejujuran Mustatir

Hari-hari yang kamu berikan membuatku mengerti akan hal yang sama, ini serius bukan ucapan kata romantis yang sering kuucapkan demi membuatmu terlupa akan masa lalumu. Ini serius, seserius dia meninggalkanmu demi wanita yang tak kamu miliki.

Aku suka, aku senang, aku nyaman dan sayang, namun aku sadar akan rasa ini, bercanda. Aku takut akan kehilangan, mungkin aku cengeng, yah itu memang. Jika aku harus untuk memilih antara kehilangan dan penolakan, walau mulutku kututup rapat hatiku memilih penolakan.


Rasa yang berkumpul dalam satu ikatan, berjalan berdua menatap masa depan demi janji yang memberi harapan. Hingga akhirnya aku sadar kalau itu semua telah hilang saat kau berkata Aku tak cinta lagi begitu mudah terucap, memaksa rasa, kaki dan harapan lenyap melekat dalam hati demi Aku tak cinta lagi Aku takut akan kehilangan itu walau diriku kuat, sisi cengeng itu pasti dan pasti akan muncul sekuat apapun dirimu, saat kamu kehilangan.

Aku sayang kamu tiga kata yang sederhana, sesederhana dirimu, terucap dari mulut manismu, membuatku tak percaya walau rasa itu juga ada dalam diriku. Ketika aku berkata berikanlah aku salah satu dari kehilangan dan penolakan?

Aku tak membawa maksud dari hal yang kamu pikirkan karena aku ikhlas menyapamu waktu itu. Bukan untuk kakakmu, kejelasan dari tanda tanya besar waktu itu. Hanya sebuah sapaan membawa canda dan tawa, memberikan kenyamanan, terbawa kasih sayang hingga melahirkan cinta.

Jika aku pantas untuk kata itu, aku berterima kasih, sangat berterima kasih sebab aku juga punya rasa itu, menggebuh dalam hati. Walau itu hanya drama demi candaan untuk menepiskan sakit dihatimu. Aku tak peduli walau itu drama, deburan ombak menghantam karang. Demikian juga, rasa ini nyata... Nyata... Nyata... Aku sayang kamu juga.

Sekian dan Terima kasih.
Bagikan Artikel Ini Sebelum Orang Lain Membagikannya Untuk Anda : Choose
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Kejujuran Mustatir"

Berikan Pendapat Anda Pada Tulisan Ini, Agar Tulisan Saya Tahu Kekurangannya. Sekian.